BANYUWANG, Detik dinamika.com // Menjelang digelarnya Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), keresahan kembali menyeruak dari kalangan pelaku UMKM lokal. Sorotan tajam datang dari Hakim Said, SH, Founder sekaligus Ketua Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo (RKBK) Banyuwangi, yang menilai tata kelola UMKM dan sistem parkir selama perhelatan akbar itu masih belum ditangani secara serius oleh pemerintah daerah.
“Setiap tahun gelaran BEC selalu digadang-gadang sebagai ajang promosi budaya dan wisata. Tapi bagaimana dengan pelaku UMKM? Mereka selalu gelisah, bukan karena dagangan tidak laku, tapi karena sistem dan tata kelola yang semrawut,” tegas Hakim Said.
Menurutnya, keberhasilan UMKM memanfaatkan momentum BEC sangat ditentukan oleh penataan lokasi jualan yang terorganisir, standarisasi produk yang terukur, serta sistem transaksi yang efisien dan ramah pengunjung. Tanpa dukungan sistem yang jelas, pelaku usaha kecil hanya akan menjadi pelengkap kemeriahan, tanpa mendapat keuntungan yang berarti.
Isu parkir juga menjadi masalah klasik yang tak kunjung terselesaikan. Kemacetan dan kesulitan parkir yang terjadi setiap tahun menjadi sumber keluhan utama pengunjung, dan berdampak langsung pada minimnya transaksi di lapak-lapak UMKM.
“Kalau tidak ada solusi soal parkir dan arus lalu lintas, jangan heran jika pelaku UMKM malah disalahkan karena dianggap menimbulkan keruwetan,” ujar Hakim Said, Rabu (9/7/2025) malam.
Ia mendesak Pemerintah Kabupaten Banyuwangi agar tidak hanya fokus pada aspek seremoni dan visualisasi panggung semata. Lebih dari itu, harus ada jaminan kenyamanan dan keberpihakan nyata kepada pelaku UMKM. Ia menyarankan adanya pelatihan, sosialisasi teknis, penyediaan fasilitas yang memadai, serta keterlibatan langsung UMKM dalam proses perencanaan dan eksekusi.
“Kita butuh sistem, bukan sekadar euforia,” tegasnya lagi.
Hakim juga menekankan pentingnya kesadaran pengunjung. Ia mendorong kampanye publik yang mengajak masyarakat untuk tertib parkir dan mulai membiasakan menggunakan transportasi umum selama acara berlangsung.
Ia menutup pernyataannya dengan menyindir keras: “Suksesnya BEC bukan diukur dari viralnya foto atau megahnya panggung, tapi dari seberapa besar dampaknya bagi UMKM dan seberapa nyaman masyarakat menikmatinya.”