Detik DinamikaDetik DinamikaDetik Dinamika
  • Home
  • Polri
  • Umum
  • TNI
  • Sosial
  • Kriminal
Search
  • Advertise
  • Redaksi
© 2025 - Detik Dinamika
Reading: Pengajian “Nelesi Ati”: Kebangkitan Ruhani yang Membumi, Doa Mengalir untuk Korban Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya
Share
Sign In
Notification Show More
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Detik DinamikaDetik Dinamika
  • Home
  • Politik
  • Pendidikan
  • Kriminal
  • Nasional
  • Opini
  • Pemerintahan
  • Polri
  • Sosial
  • TNI
  • Umum
Search
  • Home
  • Polri
  • Umum
  • TNI
  • Sosial
  • Kriminal
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Advertise
  • Redaksi
© 2025 - Detik Dinamika
Detik Dinamika > Blog > Umum > Pengajian “Nelesi Ati”: Kebangkitan Ruhani yang Membumi, Doa Mengalir untuk Korban Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya
Umum

Pengajian “Nelesi Ati”: Kebangkitan Ruhani yang Membumi, Doa Mengalir untuk Korban Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya

Buang Sucipto
Buang Sucipto Published 06/07/2025 21 Views
Share
SHARE

BANYUWANGI — Detik dinamika.com // Ribuan hati tertunduk dalam kekhusyukan saat pengajian umum Ahad pagi bertajuk “Nelesi Ati” kembali digelar di Aula Sidqi Maulana, Pondok Pesantren Adz Dzikra Banyuwangi, Minggu (6/7/2025). Memasuki pertemuan keempat, forum ini bukan sekadar kajian keagamaan, melainkan ruang ruhani yang menggerakkan hati, menguatkan iman, dan menyalakan kembali obor kepedulian sosial.

KH. Ir. Achmad Wahyudi, S.H., M.H., pendiri sekaligus pengasuh Ponpes Adz Dzikra, membuka pengajian dengan menyampaikan inti spiritualitas dari Surat At-Taubah ayat 24, sebagai pondasi cinta sejati dalam kehidupan seorang mukmin.

“Cinta kepada keluarga, harta, dan duniawi boleh saja. Tapi iman yang sejati menuntut agar cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tetap menjadi yang utama.” ujarnya dihadapan ratusan jamaah.

Beliau menegaskan, pengajian ini tidak boleh berhenti pada dimensi wacana semata, melainkan harus melahirkan tindakan nyata. “Cinta itu bukan slogan. Kalau cinta kepada Allah SWT, maka wujudkan dalam amal, salah satunya menyantuni yatim dan membantu dhuafa,” ungkap KH Achmad Wahyudi.

Dalam penjelasannya, KH Achmad Wahyudi memaknai “Nelesi Ati” sebagai proses menundukkan hati kepada Allah SWT—dari kata “neles” dalam Bahasa Jawa yang berarti tunduk, lemes, dan penuh adab. Ini bukan sekadar nama, melainkan filosofi hidup yang mendalam.

“Ngaji itu ‘melangkah menuju yang berharga’ yaitu menuju Allah SWT. Maka, mari mulai dari hati kita masing-masing wujudkan niat dalam ucapan, ucapan dalam perbuatan,” tuturnya.

Beliau juga membagikan konsep “Pohon Iman”, yakni sebuah teori sederhana namun mendalam. “Jika ingin tumbuh akhlak, tanamlah iman di hati, sirami dengan amal, dan biarkan ia berbuah dalam akhlak yang luhur,” jelasnya.

Tidak berhenti pada tausiyah, pengajian dilanjutkan dengan aksi nyata berupa santunan bagi anak-anak yatim, serta doa bersama untuk para korban tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.

KH Wahyudi menegaskan bahwa program santunan akan menjadi bagian tetap dari pengajian “Nelesi Ati”, dengan harapan jamaah yang mampu dapat menyisihkan rezekinya minimal satu amplop tiap pekan.

Lebih jauh, pengajian umum Ahad pagi “Nelesi Ati” juga merancang program santunan sembako untuk kaum dhuafa dan lansia, yang akan dimulai pada pengajian akan datang. “Kami akan undang mereka hadir, mendengar tausiyah, lalu menerima bantuan. Inilah iman yang bergerak,” kata KH Achmad Wahyudi.

Atmosfer pengajian semakin kuat dengan kehadiran para wali santri ponpes Adz-Dzikra, tokoh masyarakat setempat, tokoh agama lintas iman, perwakilan ormas, serta perwakilan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Keadilan Indonesia (YLBHKI). Ini menunjukkan bahwa pengajian “Nelesi Ati” bukan forum eksklusif, melainkan potensi gerakan moral yang inklusif dan kolektif.

Ciri khas pengajian ini, juga terlihat dari pembagian konsumsi yang dilakukan secara tertib oleh para santriwan dan santriwati berupa nasi dengan menu lengkap, disajikan di atas piring bersama air mineral. Seluruh proses distribusi dilakukan dengan tertib dan penuh kebersamaan oleh para santriwan dan santriwati, mencerminkan sistem yang terorganisir serta sarat dengan nilai-nilai edukatif dan pembinaan karakter.

Pengajian “Nelesi Ati” telah menjelma menjadi oase spiritual sekaligus gerakan sosial yang hidup. Dalam suasana yang hening namun menggugah, ratusan jamaah pulang dengan hati yang terisi, jiwa yang lembut, dan semangat baru untuk berbuat lebih baik.

“Ini bukan hanya pengajian. Ini kebangkitan ruhani yang membumi,” tutup KH Achmad Wahyudi, dengan lirih namun menggetarkan. (rag)

SOURCES: Ir Wahyudi Banyuwangi
VIA: Buang
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print
Previous Article Polres Magetan Siagakan Ratusan Personel Gabungan Perkuat Pengamanan Suran Agung 2025
Next Article Polresta Banyuwangi Siagakan Personil dalam Kunker Wapres Gibran di Banyuwangi, Tinjau Penanganan Laka Laut KMP Tunu Pratama Jaya
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



Stay Connected

136kSubscribersSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
Google NewsFollow
4.4kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Latest News

Operasi Patuh Semeru 2025 Polres Bondowoso Sapa Masyarakat di CFD Gelorakan Tertib Lalu Lintas
Polri 21/07/2025
Suran Agung Kondusif Ketua Umum PSHW TM Apresiasi Kapolres Magetan
Polri 21/07/2025
Polres Pasuruan Kota Atensi 3 Jenis Kendaraan Penyebab Kecelakaan di Operasi Patuh Semeru 2025
Polri 21/07/2025
Dirgahayu ke-54 Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Media Detikdinamika.com Dukung Semangat Juang dan Pengabdian Tanpa Batas
Umum 21/07/2025
Detik DinamikaDetik Dinamika
Follow US
© 2025 - Detik Dinamika
Welcome Back!

Sign in to your account


Lost your password?