Banyuwangi – Detik dinamika.com // Aktivis sosial Moh Rofiq menyoroti maraknya penggunaan Sound Horeg dalam panggung politik elektoral. Ia menilai fenomena ini bukan sekadar hiburan atau dentuman musik keras di ruang publik, melainkan simbol dari hegemoni politik populis yang memanfaatkan euforia massa demi mendulang suara tanpa membangun kesadaran.Minggu 28-07-2025.
“Sound Horeg bukan soal volume atau desibel, tapi tentang siapa yang mampu mengubah makhluk kendak-kenduk yang berjoget menjadi pundi-pundi suara menuju kekuasaan,” kata Rofig,
Ia menilai pola semacam ini mengikis makna demokrasi, menjadikan massa hanya sebagai latar keramaian tanpa ruang berpikir kritis.
Rofiq juga mengkritik rendahnya perhatian terhadap konstituen pasca pemilu. Menurutnya, banyak elite politik hanya fokus menyenangkan rakyat secara instan setelah menang, bukan membangun relasi politik yang berkelanjutan.
“Perawatan konstituen sangat rendah. Ini mencerminkan kualitas demokrasi yang rapuh,” tegasnya.
Ia menambahkan, apatisme politik di kalangan masyarakat justru dimanfaatkan untuk kepentingan kekuasaan. “Mereka yang tak peduli politik akan menjadi bahan bakar politik itu sendiri,” ujar Rofiq,
Menyindir kondisi sosial yang rentan dimanipulasi karena minimnya literasi politik.
Rofiq menegaskan bahwa pelarangan Sound Horeg bukan solusi utama. Yang lebih penting, menurutnya, adalah menghentikan cara pandang yang mereduksi rakyat sebagai objek suara semata.
“Demokrasi bukan soal menang, tapi Bagaimana merawat kesadaran publik agar tetap hidup,” pungkasnya.
(Redaksi)