Banyuwangi – Detik dinamika.com // Dampak dari penutupan jalur Kumitir serta pengurangan armada kapal penyeberangan di Pelabuhan ASDP Ketapang kembali memicu kemacetan parah. Puluhan kilometer jalur nasional Banyuwangi–Situbondo dilaporkan lumpuh total sejak Selasa (23/7) malam hingga keesokan harinya. Salah satu yang turut menjadi korban kemacetan adalah seorang aktivis asal Banyuwangi, Ari Bagus Pranata, yang terjebak di tengah antrean panjang bersama istri dan dua anaknya, salah satunya masih berusia 2 tahun.
Ari menceritakan, ia baru pulang dari Surabaya bersama keluarganya dan tiba di jalur macet kawasan Jalan Raya Wongserjo, Kabupaten Banyuwangi sekitar pukul 21.00 WIB. Sejak pukul 13.00 WIB siang, kemacetan sudah berlangsung dan semakin parah menjelang malam.
“Pukul 1 malam, anak saya yang kecil minta makan. Kondisinya macet total dan tidak ada warung makan terdekat yang buka. Saya sangat panik,” ujarnya saat ditemui di lokasi kemacetan.
Menurutnya, kondisi tersebut sangat memprihatinkan. Tak hanya dirinya, Ari menyaksikan banyak anak-anak kecil bahkan bayi yang menangis karena kelelahan dan kelaparan.
“Saya melihat beberapa ibu-ibu yang menggendong anaknya yang masih bayi dan juga balita yang rewel. Mungkin mereka jenuh dan capek,” tambahnya.
Ari berharap, pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi segera mengambil langkah cepat dan konkret untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi akibat antrean kendaraan menuju pelabuhan. Ia menyarankan agar penambahan armada kapal penyeberangan Ketapang–Gilimanuk menjadi prioritas.
“Kalau pendapat saya, kapal lautnya ditambahkan. Mudah-mudahan kemacetan lalu lintas tidak terlalu parah,” harap Ari.
Kemacetan di jalur utama Banyuwangi–Situbondo belakangan ini memang kerap terjadi, terlebih saat lonjakan kendaraan menuju Bali tidak diimbangi dengan jumlah kapal yang memadai. Penutupan jalur alternatif seperti Kumitir di Jember juga turut memperparah antrean kendaraan di wilayah tapal kuda.