Banyuwangi – Kemacetan panjang melumpuhkan jalur nasional Banyuwangi–Situbondo, Jumat (25/07), akibat dampak dari penutupan jalur Kumitir dan pengurangan jumlah armada kapal penyeberangan di Pelabuhan ASDP Ketapang. Antrean kendaraan memanjang hingga puluhan kilometer dan menyebabkan kelumpuhan arus lalu lintas selama berjam-jam, bahkan hingga malam hari.
Aktivis Banyuwangi, Ari Bagus Pranata, angkat suara atas situasi tersebut. Ia menyoroti perlunya langkah cepat dari pemerintah daerah maupun provinsi, khususnya dengan menambah jumlah kapal penyeberangan rute Ketapang–Gilimanuk sebagai solusi utama untuk mengurai kepadatan lalu lintas.
“Dengan kondisi antrean yang makin parah, saya mendorong pemerintah untuk segera menambah armada kapal. Jika tidak ditangani serius, ini akan terus terjadi dan merugikan masyarakat luas,” ujarnya.
Ari juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kapolresta Banyuwangi dan seluruh jajarannya yang dinilai sigap dan total dalam mengurai kemacetan. Ia menyebut, di tengah situasi padat dan melelahkan, Kapolresta bahkan turun langsung ke lapangan untuk mengatur lalu lintas secara langsung.
“Saya menyaksikan sendiri bagaimana Kapolresta Banyuwangi bersama anggota turun langsung di tengah malam mengatur lalu lintas. Itu bukan hal mudah. Upaya tersebut menunjukkan komitmen dan tanggung jawab luar biasa di tengah situasi yang sangat sulit,” kata Ari.
Ia berharap kolaborasi antarsektor – baik kepolisian, pemerintah daerah, ASDP, hingga otoritas transportasi – bisa lebih diperkuat ke depan agar kemacetan serupa tidak kembali terjadi, terutama pada musim libur panjang atau saat terjadi gangguan infrastruktur di jalur alternatif.